Tuesday, October 11, 2011

Cerita Tentang Aku, Menyukai Seseorang : He Won't Fall For Me

Hai.

Hmm.. apa yang kita punya kali ini? Sebuah judul yang sangat dramatis ya ! Iya sih, judulnya bagus sekali, menggunakan bahasa inggris pula! Lalu apa yaa yang harus aku tulis dibawah judul sebagus itu?

Hei, kalian tahu tidak aku dulu pernah ingin menjadi dokter ? Tapi sekarang aku kuliah di jurusan lain, bukan kedokteran. Apa ya yang membuatku berubah pikiran saat itu? oh iya benar juga, aku tidak pernah berubah pikiran kok ! Memang tidak diterima saja.

Tapi sekarang aku jadi suka berpikir loh. Kenapa ya kuliah kedokteran itu mahal? Padahal sepertinya setelah jadi dokter juga gajinya biasa-biasa saja.

Kalian kenal orang ini ?

Cakep yaa? Dialah yang membuktikan bahwa gaji dokter itu biasa-biasa saja. Perkenalkan, Dr. Carlisle Cullen, telah menjadi dokter selama kurang lebih 300 tahun, tidak makan, dan tidak minum (sebenarnya dia minum darah tapi sepertinya itu tidak mahal, sama tukang ayam saja mungkin dibagi-bagi gratis kalau dia tidak malu memintanya). Dan setelah dihitung oleh Forbes, harta kekayaannya masih kalah dengan Paman Gober. Bahkan usia si Paman Gober tidak mencapai 1/3 nya. Tapi bisa saja sih pak dokter kita yang sudah sangat tua ini kalah karena menghabiskan terlalu banyak uangnya untuk pendidikan 5 orang anaknya ya. ckckck.. kenapa pendidikan begitu mahaaal? eh.. sepertinya aku harus kembali ke topik semula.

Setelah aku baca dari awal memang ternyata belum ada topiknya ya.

Sepertinya seharusnya topiknya tentang ka Dimas.

Dulu, selama 2 tahun, jika ada acara olahraga aku selalu menjadi medis. Banyak yang berpikir ini karena aku ingin menjadi dokter, atau karena aku punya hati yang baik saja. Yaampun, coba pikir baik-baik lagi. Kalau memang karena itu semua alasannya, kenapa aku berhenti pada tahun ketiga? Apakah pada tahun ketiga aku berhenti jadi orang baik? Hah, asal tau saja ya, walaupun seperti ini, aku tidak pernah berhenti jadi orang baik secara resmi. Pada tahun ketiga aku berhenti menjadi medis karena ka Dimas tidak lagi bertanding.

Buat apa lagi aku menonton pertandingan yang sama sekali tidak aku mengerti itu? Buat apa lagi mengurusi atlet-atlet manja yang suka melebih-lebihkan sakitnya? Buat apa lagi aku bertengkar dengan para pemain yang suka merengek-rengek minta aku bermurah hati untuk menyemprotkan sedikit lebih banyak pain killer yang dingin itu? Cukup sudah, aku tidak mau lagi! Bosan juga ya, lagian, melakukan hal yang sama 3 tahun berturut-turut.

Mungkin kalian bertanya-tanya, bagaimana rasanya saat ka Dimas sakit, atau terluka, atau terjatuh? Waah, aku tidak tahu tuh. Percaya atau tidak, selama 2 tahun aku menjadi medis hanya untuk melihat dia terjatuh, dia sama sekali tidak terjatuh. Mungkin ada saat-saatnya, saat aku tidak bisa datang lalu dia terjatuh, aku tidak tahu juga sih. Tapi kalau aku sedang bertugas, tidak pernah sekalipun dia mau jatuh,atau luka, sedikiit saja. Bahkan untuk meminta plester pun tidak pernah. Suatu kali aku sengaja duduk di dekat bagian konsumsi, setidaknya dia akan datang lah mengambil air minum. Coba tebak apa yang terjadi,.. betul sekali. Dia tidak mengambil air minum!

Padahal kalau dia berani meminta, jangankan plester, aku usahakan lakukan operasi bedah plastik langsung ditempat agar lukanya tidak berbekas. Berlebihan ya? Tapi ini benar, sekalii saja.. tolong mintalah plester padaku. Bahkan kalau dia mau meminta painkiller dingin yang sangat digemari itu, aku akan berikan banyaaak sekali sampai dia tidak merasakan apa-apa lagi. Sampai-sampai mungkin kalau ada yang iseng hendak memotong kakinya dengan kapak, dia tidak akan tahu.

Oh iya, aku belum mengatakan tentang posisinya ka Dimas ini ya? Posisinya sama dengan Oliver Wood dalam tim Gryffindor.

UEFA menyatakan bahwa rata-rata pemain bola lari 10 km setiap pertandingan. Tapi sepertinya ka Dimas ini tidak lari sebanyak itu. para pemain lain heboh mengejar-ngejar sebuah bola. Dia diam saja disitu, menunggu bola datang. Memang sepertinya ka Dimas ini lumayan cerdas. Kadang-kadang aku takut dia tertidur di tempatnya itu, karena pertandingan bola itu seringkali sangat membosankan. Tapi aku telah memastikannya, tidak pernah sekalipun dia tertidur dalam pertandingan. Dan juga tidak pernah terjatuh, atau terluka!!

Kadang-kadang aku berpikir, selama 2 tahun aku menunggu, dia tidak pernah jatuh. Sekarang setelah selama ini, dia sudah jatuh belum ya? Mungkin suatu saat aku harus menanyakannya. Kira-kira ada siapa saja ya, saat dia jatuh itu? Kenapa dia tidak pernah jatuh saat ada aku?

Mungkin suatu hari nanti aku harus mendorongnya dari tangga.

3 comments:

  1. ceritanya bener-bener....kocak nisss!! padahal aku udah siapin tissue karena aku pikir beneran sedih....nggak taunya...-_____-"

    bener2 khas kamu banget deh ini...lanjutin dong. aku jadi penasaran. kamu beneran dorong si kak dimas nya atau nggak??

    ReplyDelete
  2. ta ini sedih tau, mungkin kamu nya aja yang ga punya perasaan :P .hahahah

    ReplyDelete
  3. hahaha nisa nisaaaaa, jadi kangen sama kamu

    ReplyDelete